![]() |
Ilustrasi pengunaan media sosial di Handphone. |
“Scrolling sampai dini hari, takut ketinggalan berita, update tren, atau cerita teman? Mungkin kamu sedang mengalami FOMO.”
Apa Itu FOMO?
FOMO atau Fear of Missing Out adalah istilah yang menggambarkan kecemasan atau rasa takut tertinggal terhadap suatu hal yang dilakukan orang lain—baik itu acara, tren, pencapaian, atau informasi tertentu.
Fenomena ini menjadi semakin kuat di era media sosial, di mana segala hal dipamerkan, dibagikan, dan diperbarui secara real time. Kita terpapar pada kehidupan “sempurna” orang lain: pencapaian, liburan, relasi, bahkan kebahagiaan yang (terlihat) tanpa cela.
FOMO dan Media Sosial: Siapa yang Tidak Terpengaruh?
Media sosial seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan WhatsApp sering menjadi pemicu utama FOMO. Beberapa gejala FOMO digital yang umum terjadi:
-
Merasa cemas ketika tidak membuka media sosial dalam beberapa jam.
-
Terus membandingkan hidup sendiri dengan orang lain yang terlihat lebih sukses, menarik, atau “bahagia”.
-
Mengalami overthinking karena tidak terlibat dalam suatu kegiatan atau perbincangan daring.
-
Terus-menerus membuka aplikasi meskipun sudah merasa lelah.
Dampak FOMO terhadap Kesehatan Mental
Meski tampak sepele, FOMO yang terus berulang bisa menimbulkan tekanan psikologis. Beberapa dampak seriusnya antara lain:
-
Kecemasan sosial: Perasaan takut tertinggal atau dikucilkan.
-
Penurunan rasa percaya diri: Merasa hidup sendiri tidak cukup baik atau menarik.
-
Kelelahan mental: Akibat terus-menerus membandingkan dan mengejar hal-hal yang tidak realistis.
-
Gangguan tidur: Karena begadang untuk mengikuti tren atau mengonsumsi konten berlebihan.
-
Depresi ringan hingga berat: Akibat tekanan sosial digital yang berlarut-larut.
Literasi Digital sebagai Kunci
Literasi digital bukan hanya soal kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga tentang kesadaran kritis dalam mengelola interaksi digital. Kita perlu memahami bahwa:
-
Media sosial hanya menampilkan highlight kehidupan, bukan keseluruhannya.
-
Kehidupan daring tidak boleh mengambil alih kesejahteraan mental kita.
-
Membangun hubungan sehat dengan teknologi adalah bentuk perawatan diri (self-care).
Tips Mengatasi FOMO
- Batasi waktu layar (screen time)
Luangkan waktu tanpa gawai. Cobalah digital detox setiap minggu. - Kembangkan kesadaran diri (mindfulness)
Sadari kapan kamu merasa cemas karena media sosial. Ambil jeda, tarik napas, evaluasi. - Fokus pada pencapaian pribadi
Jangan bandingkan dirimu dengan standar orang lain yang tak kamu ketahui sepenuhnya. - Kurasi konten
Unfollow akun-akun yang membuatmu merasa tidak nyaman atau tidak cukup. - Beraktivitas di dunia nyata
Bertemu teman, membaca buku, atau sekadar berjalan kaki dapat menyeimbangkan hidupmu dari paparan digital.
FOMO adalah fenomena yang nyata dan dialami banyak orang. Namun, dengan literasi digital yang baik, kita bisa mengambil alih kendali atas waktu dan perhatian kita. Ingat, dunia digital boleh ramai dan menggiurkan, tapi kesehatan mental adalah prioritas utama.
Sudah saatnya jadi netizen yang sadar, sehat, dan bijak.
Yuk Diskusi!
Pernah mengalami FOMO? Apa dampaknya buat kamu?
Tulis pendapatmu di kirim ke diksiana.official@gmail.com